Cari Blog Ini

Rabu, 12 Oktober 2011

ANALISIS ISI TENTANG REPRESENTASI FANATISME SUPORTER KLUB SEPAK BOLA DALAM



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Media memiliki fungsi untuk memberikan informasi atau pesan kepada khalayak. Saat ini berbagai macam tayangan disajikan dalam media baik cetak dan elektronik, dan keragaman ayangan tersebut mengharuskan khalayak untuk pandai – pandai menyaring pesan yang disampaikan. Salah satunya adalah film yang merupakan alat komunikasi massa, dimana film selaku memiliki nilai-nilai atau pesan yang terkandung didalamnya seperti informasi, pendidikan, pengekspresian seni, juga menggambarkan watak, dan budaya bangsa, tetapi ada juga film yang menetapkan nilai-nilai yang perlu dianut oleh masyarakat dan nilai yang merusak (Mulyana, 2008:89)
Perkembangan film saat ini sangat pesat, dan mudah menjadi bisnis yang menguntungkan. Bagaimanakah melihat perfilman dalam konteks (kebijakan) Negara berdasarkan fungsi film. Film dipandang sebagai komoditas industri oleh Hollywood, Bollywood, dan Hongkong. Disisi dunia lain, film dipakai sebagai media penyampai dan produk kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dinegara Prancis (sebelum 1995), Belanda, Jerman, dan Inggris. Dampak dari pembagian ini, film akan dilihat sebagai artefak budaya yang harus dikembangkan, kajian film membesar, eksperimen-eksperimen pun didukung oleh Negara.  Kelompok terakhir menempatkan film sebagai asset politik guna media propaganda Negara. Hal ini sering dijumpai di negara-negara otorier, seperti Rusia, Cina, Indonesia, Afganistan, dll. Film berada di bawah pengawasan departemen penerangan dan konsep sensor film berkembang disini. Obrolan ini berlanjut pada fungsi sensor film dalam sebuah negara yang tidak selalu difungsikan dengan baik, atau adanya perlakuan yang berlebihan terhadap sebuah karya yang elah dihasilkan. Bagi Turner, film bukan hanya sekedar memindahkan realitas yang dapa membentuk dan menghadirkan kembali realias berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideology kebudayaanya. Sehubungan dengan pendapat Turner tersebut, film ternyata mampu menjadi arsip sosial yan menangkap jiwa masyarakat pada saat itu. Sigfied Kracauer, seorang pakar film menyatakan, umumnya dapat dilihat bahwa teknik, isi cerita dan perkembangan film suatu bangsa hanya dapat dipahami secara utuh dalam hubunganya dengan pola psikologis actual bangsa itu (Muhtadi, 2009:93).
Perkembangan Film yang paling penting adalah bagaimana film bisa dijadikan alat atau media informasi, pendidikan untuk banyak manfaat bagi masyarakat. Film merupakan fenomena komunikasi yang syarat akan tanda, film dapat mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan. Oleh karena itu film sangat relevan dengan penelitian yang menggunakan analisis isi. Seperti pada film “Romeo Juliet”.
Disutradaai oleh Andi Bachtiar Yusuf, film ini diputar perdana pada tanggal 18 april 2009. Kisah dari film ini terinspirasi drama karya William Shakespeare, Andi mengangkat fenomena tawuran itu dalam hubungan percintaan terlarang Romeo dan Juliet. Romeo adalah seorang fan Persija, The Jak, dan Juliet, gadis Bandung, adik dari dedengkot Viking Persib Bandung.
Pertemuan ”Romeo” bernama Rangga dan Desi ”Juliet” dimulai seusai pertandingan antara Persija dan Persib di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. Bus yang ditumpangi Viking diserang The Jak. Saling pukul terjadi, disertai umpatan seperti ”anjing” dan ”monyet”. Dan rupanya ada gadis cantik berkaus biru—The Lady Vikers—di dalam bus.
Penasaran, Rangga mencari info tentang gadis berkulit putih dan berambut panjang itu, lewat internet dan tabloid internal sepak bola. Gotcha! Ia sengaja ke Bandung. Tapi, dasar film, suatu kebetulan diciptakan. Dua remaja itu bertemu, lagi-lagi lewat tatapan mata di kaca sebuah outlet kaus. Dan terjadilah adegan mesra di ruang ganti, nyaris berciuman.
 Mereka akhirnya berpacaran, meski tahu itu terlarang. Saudara lakilaki Desi bernama Parman, yang menjadi dedengkot Viking (diperankan Alex Komang), sangat menentang. Begitu pula anggota The Jak dan Viking. Semua itu tak lain karena fanatisme sepak bola, mirip perseteruan abadi klan Montague dan klan Capulet di Verona, Italia, dalam naskah asli Shakespeare.
 Telanjur cinta tumbuh, di tangga kampus pinggiran Kota Kembang, Rangga mengajak Desi menikah. ”Kamu cinta aku?” tanya Rangga. Dibalas lembut, ”Seperti obat dengan penyakit. Seperti burung dengan nyanyiannya.” Rangga lalu berkata, ”Walau aku Jak Anjing, menikahlah dengan aku. Aku cinta Viking yang anjing. Aku tidak butuh persetujuan siapa pun. Aku hanya butuh kamu. Ini cincin pernikahan ibuku, mudah-mudahan muat. Ntar malam aku ke rumah, untuk melamar kamu.” Dan teringatlah kita akan dialog dalam film Ada Apa dengan Cinta? garapan Rudi Soedjarwo.
 Ketika bus melaju kencang menghindari kejaran Jakmania, mata Rangga (Edo Borne) dan Desi (Sissy Prescillia) berpandangan. Desi dari balik kaca belakang bus, sedangkan Rangga, yang berpenampilan kumal dengan kaus oranye, menatap di balik kaca depan mobil, milik temannya.
Kawin lari pun menyakralkan ikatan Rangga dan Desi dalam film produksi Bogalakon Pictures yang sudah diputar di Hong Kong International Film Festival ini. Settingnya sederhana sekaligus sedikit menggelikan. Namun justru ikatan sejati mereka berdua seolah noda bagi kedua kubu. Rangga lari ke Malang, dan Desi kembali ke Bandung. Seperti tak terjadi apa-apa.
 Perkelahian terus muncul antara kedua kubu suporter. Adegan berdarah-darah, saling pukul, makian dan dialog kasar, bahkan menjatuhkan korban jiwa, tetap tak terelakkan—meski sudah ada yang dipangkas. Kita bisa saja risi dengan itu. Tapi Andi menyebut hal itu sebagai ”realita persepakbolaan di Indonesia”.
 Menurut Andi, plot perkelahian dan perkimpoian itulah yang sejalan dengan Shakespeare. ”Bedanya, adegan balkon Shakespeare diganti adegan bercinta di stadion,” kata peraih penghargaan film dokumenter terbaik di Festival Film Indonesia 2008 melalui film The Conductors ini (Dari Majalah TEMPO Edisi 10/XXXVIII 27 April 2009, diakses tanggal 23 September 2011 pukul 18.00 WIB). Film yang dikategorikan film dewasa ini menyajikan banyak adegan perkelahian missal antara kedua kelompok suporter. Kata-kata umpatan sering sekali diucapkan dalam film ini sehingga secara keseluruhan khalayak bisa mengambil makna dari pesan yang disampaikan yaitu  cinta kepada pasangan dapa berjalan dengan kecintaan kepada klub favorit dan seharusnya menghindari fanatisme yang berlebihan. Namun fanatisme yang berlebihan menimbulkan sebuah balas dendam yang tidak tahu kapan akan berakhirnya perseteruan diantara supporter tersebut.
Fanatisme adalah sebuah pandangan atau faham yang dipegang oleh sesuatu kelompok yang membela tentang sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat akan keyakinannya seperti yang dikuip dalam blog Prof. Dr. Achmad Mubarok MA, guru besar psikologi Universitas Indonesia mengenai fanatisme ( http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/08/psikologi-fanatik.html ).
Seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada diluar dirinya, tidak paham masalah kelompok lain, tidak mengerti paham selain yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatic adalah ketidakmampuan memahami pemahaman individual orang lain yang berada diluar kelompoknya. Juga dapat diartikan dengan perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan yang bermula dari mengagumi diri sendiri, kemudian terlalu membanggakan kelebihan yang ada dalam dirinya atau kelompoknya dan selanjutnya dapat berkembang menjadi rasa tidak suka kemuadian menjadi benci kepada orang atau kelompok yang berbeda dengan kelompoknya.
Secara psikologis, fanatik adalah ketidak mampuan memahami apa-apa yang berada diluar dirinya, tidak memahami masalah orang lain atau kelompok lain. Sebagai ahli ilmu sakit jiwa mengatakan bahwa fanatik adalah sifat natural yang timbul berawal dari perasaan cinta pada diri sendiri yang berlebihan, kemudian menjadi cinta bua terhadap apa yang disukai dan antipasti terhadap apa yang disukai. Namun ada juga yang berpendapa bahwa fanatisme bukan terjadi secara natural akan tetapi dapat direkayasa (http://mubarok-istitute.blogspot.com/2006/08/psikologi-fanatik.html).
Secara garis besar fanatisme mengambil bentuk seperti fanatisme terhadap warna kulit tertentu, etnik, atau kesukuan tertentu, dan kelas sosial atau kelompok tertentu. Dalam filem Romeo Juliet, fanatisme terhadap kelompok tertentu ditunjukkan oleh The Jakmania yang merupakan supporter dari Persija Jakarta yang mengalami konflik dengan sesame supporter, yaitu Viking/Bobotoh yang merupakan suporer dari Persib Bandung. Suporter tidak hanya bermusuhan dalam pertandingan juga dalam kehidupan sehari-hari seperti saling menghina lewat ucapan, tulisan bahkan sampai perkelahian denga suporer saingannya. Jika dilihat dengan seksama para supporter bukan menjadi supporter dalam arti sebenarnya bisa jadi justru merugikan klub yang dibanggakan.
Menurut Suryanto dalam blognya mengenai supporter ( http://suryanto.blog.unair.ac.id/ ), menurut akar katanya, kata “suporter” berasal dari kata kerja dalam bahasa inggris to support, dan akhiran – er. To support artinya mendukung, sedangkan akhiran – er menunjukkan pelaku. Jadi suporer dapat diartikan sebagai orang yang memberikan support atau dukungan. Suporter dalam sepak bola berbeda dengan supporter lainnya. Di lingkungan sepak bola, suporer erat kaitanya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim yang didukungannya. Perbedaan terletak pada keakraktifannya saat mendukung tim kebanggan mereka. Suporter juga dikenal memiliki fanatisme yang tinggi bahkan cenderung suka melampaui batas. Seharusnya supporter memberikan hal-hal yang positif bukan negative, memberikan spirit bagi klub kesayangannya, membangunkan ketika klub kesayangan tertidur sehingga tidak ada prestasi yang diraihnya. Suporter yang cerdas tidak anarkis. Suporter yang cerdas adalah supporter yang paham dan mengerti bagaimana menyalurkan fanatisme dan militansi yang mereka miliki. Mereka juga mengerti akan semangad olahraga. Kompetisi dibangun bukan untuk menyuburkan permusuhan akan tetapi kompetisi diadakan adalah untuk mencari yang terbaik dari yang baik (http://suporter.info/menjadi-suporter-yang-bertanggungjawab/ ).
Didasari oleh  identitas sepakbola Indonesia yang ditunjukkan dalam Romeo Juliet adalah fanatisme yang kental dengan kekerasan. Selalu identik dengan kerusuhan penonton, membuat peneliti ingin mengetahui representasi fanatisme supporter klub sepak bola dalam film Romeo Juliet  melalui metode analisis isi kualitatif.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana representasi fanatisme supporter sepak bola dalam film Romeo Juliet ?
1.3  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis representas fanatisme supporter sepak bola dalam film Romeo Juliet.
1.4  Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1.      Manfaat Akademis, dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai kajian analisis isi pada film tentang fanatisme supporter sepak bola dan dapat dijadikan bahan untuk penelitian lebih lanjut tentang fabatisme supporter dalam film.
2.      Manfaat Sosial, yaitu memberikan sumbangan kepada masyarakat dalam bentuk tulisan ilmiah, yang dapat dikembangkan lebih baik lagi. Selain itu juga memberikan wawasan kepada para pembaca terhadap baik atau buruknya fanatisme terhadap klub sepak bola maupun pada hal yang lain. Penelitian ini diharapkan dapat merubah sikap dan tingkah laku yang merugikan dari para supporter sepak bola.
3.    Manfaat Praktis, untuk produser Romeo Juliet, dapat membuat film yang menggambarkan sosok supporter yang sesuai dengan peran aslinya. Untuk Masyarakat dan supporter sepakbola, dapat menjadi supporter yang sportif saat mendukung klub kesayangannya  dan menghilangkan perbuatan – perbuatan yang anarkis.

Senin, 10 Oktober 2011

Teori Warna

Color Theori Atau Teori Warna ini membahas Teori Brewster yang pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Teori Warna – Teori Waarna ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad.

Pembagian Warna

Warna primer
Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning. Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Pada awalnya, manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas warna Merah, Kuning, dan Hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut, dikatakan tiga warna primer adalah:
1. Merah (seperti darah)
2. Biru (seperti langit atau laut)
3. Kuning (seperti kuning telur)
Teori Warna
Ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam dunia seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder. Campuran warna sekunder dengan warna primer menghasilkan warna tertier. Akan tetapi secara teknis, merah – kuning – biru, sebenarnya bukan warna pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning dan cyan. (Oleh karena itu apabila menyebut ”merah, kuning, biru” sebagai warna pigmen primer, maka ”merah” adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan ”magenta” sedangkan ”biru” adalah cara yang kurang akurat untuk menyebutkan ”cyan”). Biru dan hijau adalah warna sekunder dalam pigmen, tetapi merupakan warna primer dalam cahaya, bersama dengan merah.
Landasan biologis
Pada dasarnya warna primer adalah bukan milik cahaya, tapi lebih merupakan konsep biologis, yang didasarkan pada respon fisiologis mata manusia terhadap cahaya. Secara fundamental, cahaya adalah spektrum berkesinambungan dari panjang gelombang, yang berarti bahwa terdapat jumlah warna yang tak terhingga. Akan tetapi, mata manusia normalnya hanya memiliki tiga jenis alat penerima/reseptor yang disebut dengan sel kerucut (yang berada di retina). Ini yang merespon panjang gelombang cahaya tertentu. Manusia serta spesies lain yang memiliki tiga macam reseptor warna disebut makhluk trichromat.
Spesies yang dikenal sebagai tetrachromat, dengan empat reseptor warna menggunakan empat warna primer. Manusia hanya dapat melihat sampai dengan 400 nanometer, warna violet, sedangkan makhluk tetrachromat dapat melihat warna ultraviolet sampai dengan 300 nanometer, warna primer keempat ini kemungkinan bertempat di panjang gelombang yang lebih rendah dan kemungkinan adalah warna magenta spektral murni lebih dari sekedar magenta yang kita lihat sebagai campuran dari merah dan biru.
Banyak dari jenis burung dan binatang marsupial merupakan makhluk tetrachromat.
Warna primer additif
Alat/media yang menggabungkan pancaran cahaya untuk menciptakan sensasi warna menggunakan sistem warna additif. Televisi adalah yang paling umum. Warna primer additif adalah merah, hijau dan biru. Campuran warna cahaya merah dan hijau, menghasilkan nuansa warna kuning atau orange. Campuran hijau dan biru menghasilkan nuansa cyan, sedangkan campuran merah dan biru menhasilkan nuansa ungu dan magenta. Campuran dengan proporsi seimbang dari warna additif primer menghasilkan nuansa warna kelabu; jika ketiga warna ini disaturasikan penuh, maka hasilnya adalah warna putih. Ruang warna/model warna yang dihasilkan disebut dengan RGB (red, green, blue). RGB didapatkan dari mengurai cahaya.
Warna primer subtraktif
Media yang menggunakan pantulan cahaya untuk untuk menghasilkan warna memakai metode campuran warna subtraktif.
Tradisional
Merah, Kuning, Biru / RYB (red, yellow, blue) merupakan rangkaian sejarah dari warna primer subtraktif. Khususnya digunakan dalam seni rupa (seni lukis). Ruang warna RYB membentuk triad warna primer dalam sebuah lingkaran warna standar; juga warna sekunder: violet, orange/jingga dan hijau. Triad warna tersusun dari 3 warna yang ekuidistan (berjarak sama) dalam sebuah lingkaran warna.
Pemakaian warna merah, biru, kuning sebagai warna primer menghasilkan gamut (rentang warna) yang relatif sempit/kecil, di mana, beberapa warna tidak bisa dicapai dengan campuran tersebut. Karena alasan itu, percetakan warna modern menggunakan campuran warna magenta, kuning, cyan.
CMYK
Dalam industri percetakan, untuk menghasilkan warna bervariasi, diterapkan pemakaian warna primer subtraktif: magenta, kuning dan cyan dalam ukuran yang bermacam-macam. CMYK didapatkan dari mengurai tinta.
Campuran warna subtraktif
Campuran kuning dan cyan menghasilkan nuansa warna hijau; campuran kuning dengan magenta menghasilkan nuansa warna merah, sedangkan campuran magenta dengan cyan menghasilkan nuansa biru. Dalam teori, campuran tiga pigmen ini dalam ukuran yang seimbang akan menghasilkan nuansa warna kelabu, dan akan menjadi hitam jika ketiganya disaturasikan secara penuh, tetapi dalam praktek hasilnya cenderung menjadi warna kotor kecoklatan.
Oleh karena itu, seringkali dipakai warna keempat, yaitu hitam, sebagai tambahan dari cyan, magenta dan kuning. Ruang warna yang dihasilkan lantas disebut dengan CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black). Hitam disebut dengan ”K” (key) dari istilah ”key plate” dalam percetakan (plat cetak yang menciptakan detail artistik pada gambar, biasanya menggunakan warna tinta hitam).
Warna sekunder
Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.
Teori Warna
Warna tersier
Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.
Teori Warna
Warna netral
Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.
Warna panas dan dingin
Lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin. Warna panas dimulai dari kuning kehijauan hingga merah. Sementara warna dingin dimulai dari ungu
kemerahan hingga hijau.
Warna panas akan menghasilkan sensasi panas dan dekat. Sementara warna dingin sebaliknya. Suatu karya seni disebut memiliki komposisi warna harmonis jika warnawarna yang terdapat di dalamnya menghasilkan efek hangat-sedang.

Hubungan antar warna

Kontras komplementer
Adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut 180°) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer menghasilkan hubungan kontras paling kuat. Misalnya jingga dengan biru.
Teori Warna
Kontras split komplemen
Adalah dua warna yang saling agak berseberangan (memiliki sudut mendekati 180°). Misalnya Jingga memiliki hubungan split komplemen dengan hijau kebiruan. Kontras triad komplementer Adalah tiga warna di lingkaran warna yang membentuk segitiga sama kaki dengan sudut 60°.
Teori Warna
Kontras tetrad komplementer
Disebut juga dengan double komplementer. Adalah empat warna yang membentuk bangun segi empat (dengan sudut 90°).

Format Ukuran Cetak Foto

Formula :
  • cm  x  0.39* = in
  • in  x  2.54 = cm
Dalam CM Kode Dalam Inchi
6.35 x 8.89 2R 2.5 x 3.5
8.89 x 12.7 3R 3.5 x 5
10.6 x 15.24 4R 4 x 6
12.70 x 17.78 5R 5 x 7
15.24 x 20.32 6R 6 x 8
20.32 x 25 40 8R 8 x 10
25.4 x 30.5 10R 10 x 12
25.4 x 38.1 10R Plus 9.9 x 14.85
30.48 x 39.37 12R 12 x 15.5
40.64 x 50.80 16R 16 x 20
50.80 x 60.96 20R 20 x 24
60.96 x 80.01 24R 24 x 31.5
75 x 100 30R 30 x 40


Ukuran Maksimal Kertas Foto Ponsel Kamera
Ponsel 0.1 megapixel (352×228)
ukuran teoritis 3 x 2.4 cm ukuran yang mendekati pasfoto 2×3
ponsel 0.3 megapixel (640×480)
ukuran teoritis 5.4 x 4.1 cm ukuran yang mendekati pasfoto 4×6
Ponsel 1.0 megapixel (1.152×864)
ukuran teoritis 9.7 x 7.3 cm ukuran yang mendekati 2 R (6 cmx 9 cm)
Ponsel 1.2 megapixel (1.280×960)
ukuran teoritis 10.8 cm x8.1 cm ukuran yang mendekati 2 R (6 cm x 9 cm)
Ponsel 1.3 megapixel (1.280×1.024)
ukuran teoritis 10.8 x 8.7 cm ukuran yang mendekati 2 R (6 cm x 9 cm)


Catatan :
Sebaiknya gunakan ukuran inchi dalam pembuatan gambar kemudian baru disesuaikan dengan satuan cm. Ini dilakukan karena konversi dari inchi ke centimeter di atas tidak terlalu detail. Pada dasarnya ukuran kertas dari awalnya memang menggunakan satuan inchi.

Ukuran Pas Photo

Bagi anda yang sedang atau akan melamar kerja tentu butuh banyak foto, ini tips agar berhemat Photoshop bisa membuat pasfoto murah dibantu dengan  kertas cetak foto dan print warna. Biasanya ukuran cetak foto ini adalah 3×3 3×4 dan lain sebagainya. Pada dasarnya ukuran ini berdasarkan ukuran centimenter (cm),  namun seiring berkembangnya jaman, ukuran ini mengalami pergeseran, bisa karena menghemat atau agar terlihat pas saja. Jika anda pakai photoshop setting pada ukuran pas photo:
  • 2×3 ; 2.1 cm x 2.8 cm, jika dibuat 2×3 cm, fotonya tidak seimbang terlalu memanjang
  • 3×4 ; 2.8 cm x 3.8 cm, sisa 0.2 cm dibuat sebagai batas potongan kertas (grs putih pinggir)
  • 4×6 ; 4 cm x 5.8 cm, jika dibuat 4×6 cm, fotonya tidak seimbang terlalu memanjang